FORUM IDEKITA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAKARTA

Kamis, 19 November 2009

DEGRADASI PEMILIHAN DEKAN FIP UNJ 2009-2013


Tahun 2009 ini nampaknya merupakan tahun dimana ketua atau pemimpin baru mulai bermunculan. Hajatan pemilihan pemimpin Mulai dari beberapa waktu lalu ada pemilihan legislatif. Kemudian disusul pada awal Juli 2009 lalu ada pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan diwakili oleh Boediono. Selanjutnya, seolah tidak mau ketinggalan momen, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta juga mengadakan pemiliham atau pergantian pimpinan.



Keanehannya adalah berita yang seharusnya menjadi headline ini ternyata masih kalah jauh dibandingkan dengan berita-berita lainnya, seperti gosip-gosip infotainment atau menjamurnya facebook belakangan ini, dan yang sedang santer yaitu berita kiamat 2012.
Terhitung sejak tanggal 22 April 2009 lalu, jurusan-jurusan di FIP mulai diberi panduan tentang tata cara pemilihan Dekan. Dosen-dosen yang berkompeten, ditunjuk menjadi perwakilan jurusan untuk menjadi bakal calon dekan. Tentu saja penunjukan ini bukan sembarangan, mengingat kedudukan sebagai Dekan itu mempunyai beban tersendiri, amanah besar. Diantara bakal calon tersebutlah nama Nurhartati dari Jurusan Manajeman Pendidikan, Robinson dari jurusan Teknologi Pendidikan, serta Karnadi sendiri yang sedang menjabat Dekan.
Namun, pada tanggal 15 Mei lalu ketika ditanya tentang kesediaan mereka untuk mencalonkan diri sebagai bakal calon Dekan, mereka menyatakan ketidaksediannya dalam pencalonan Dekan tahun ini. Hingga akhirnya tinggallah Bapak Dr. Karnadi, M.Si yang menjadi calon Dekan FIP UNJ. Hasilnya, di FIP akan ada calon tunggal Dekan.
Ya, pemilihan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan ini hampir saja luput dari perhatian massa FIP. Bahkan ketika BEM FIP mangadakan polling masih ada beberapa mahasiswa FIP yang belum tahu siapa nama dekan FIP. Entah sedang terjadi apa di FIP ini, tapi yang jelas hal ini sangat disayangkan. Masa empat tahun yang telah diemban oleh Dekan kita ternyata belum mendapatkan apresiasi lebih dari mahasiswa.
Sebenarnya jika dikatakan pemilihan juga tidak. Karena calon Dekan yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan ini hanya satu yakni Karnadi. Fenomena ini jelas mengundang perhatian tersendiri mengingat FIP bukanlah Fakultas yang mempunyai dosen sedikit.

Alasan hanya 1 Pilihan Tunggal
”Saya menduga ini terkait dengan dukungan dari jurusan,” jelas Karnadi ketika ditanya mengenai fenomena ini. Beliau mengaku didukung oleh lima jurusan sementara calon-calon yang lain hanya satu-dua jurusan yang mendukung.
Sementara itu, tutur Robinson yang menjadi salah satu kandidat calon Dekan saat diwawancarai yaitu, ”Saya bukannnya mundur. Saya hanya merasa tidak mencalonkan diri sebagai dekan. Nama saya hanya diajukan sebagai perwakilan jurusan Teknologi Pendidikan. Mengapa saya tidak maju, itu karena saya merasa belum siap untuk menjadi dekan. Dan saya juga tidak pernah bermimipi untuk menjadi Dekan. Mimpi saya hanya menjadi dosen. Menjadi dosen saja sudah susah, apalagi kalau jadi Dekan? Pada saat pencalonan saya ditanya apakah saya bersedia menjadi Dekan atau tidak? Lalu saya jawab kalau saya belum siap. Sehingga tersisa calon tunggal untuk calon Dekan berikutnya.”
Dra. Nurhatatti, M. Pd yang menjadi salah satu calon Dekan pun mengatakan ketidaksediaannya. ”Saya tidak bersedia mencalonkan diri menjadi Dekan bukan mengundurkan diri,” kata beliau. Namun, Bu Hartatti menaruh harapan kepada Dekan terpilih nantinya yaitu lebih memperbaiki segenap kondisi internal FIP, bukan hanya yang di luar. Pemberdayaan dosen, perbaikan pembelajaran, kontrol pembelajaran dan mengembangkan budaya organisasi adalah empat hal yang perlu diperhatikan.
Salah satu dosen FIP pun memberikan pendapatnya mengenai hajatan pemilihan pemimpin FIP. Beliau berpendapat, bahwa percuma mengikuti pencalonan Dekan karena Dekan sekarang sudah mempunyai nama di saku bukan platform.Orang tidak akan memilih calon Dekan berdasarkan platform. Platform itu formalitas. Akan tetapi orang akan memilih Dekan dengan alasan sebagai berikut: pertama karena kedekatan anggota senat, Kedua untuk mengamankan kepentingan mereka.
Disini terlihat faktor enggan, karena apa gunanya didukung satu jurusan sementara lawan didukung oleh lebih sari satu jurusan serta alasan lainnya mengenai faktor kedekatan. Akan jadi sia-sia, sepertinya itulah yang menyebabkan dosen-dosen mundur dari pencalonan ini. Walaupun seharusnya apa salahnya mencoba mencalonkan diri. Prediksi menang kalah itu memang penting. Namun kalau presentasi program kerja untuk kebaikan FIP lebih unggul dan lebih mencerahkan, kemungkinan untuk dipilih tentu juga besar.
Tragedi 1 calon Dekan membuat kompetisi pemilihan Dekan menjadi kurang menarik. Karena tidak akan ada debat atau persaingan antar calon. Berbeda ketika pemilihan calon Rektor UNJ. Perdebatan terbuka pun dilakukan dengan promosi visi misi ketiga calon Rektor. Walaupun pemilihannya juga tertutup.

Konklusi
Jabatan Dekan adalah jabatan yang tidak dapat dikatakan enteng. Segala kegiatan Fakultas, kondisi dosen, pelayanan mahasiswa, fasilitas serta hal-hal sekecil apapun dipertanggungjawabkan oleh Dekan dalam Fakultas. Inilah tugas seorang Dekan Fakultas yang merupakan pemimpin utama dalam lingkup Fakultas. Lalu, dimana dosen-dosen FIP lainnya? Padahal jumlahnya banyak.
Tentunya harus memiliki visi yang mumpuni sehingga dapat dikoordinasikan kepada rekan kerjanya. Sinergitas pun akan tumbuh ketika program kerja jelas tersosialisasikan. Kekonkretan ide dalam program kerja harus tersosialisasikan kepada rekan-rekannya termasuk pada para mahasiswa yang tugasnya bukan hanya wajib belajar. Perhatian dan peduli dengan lingkungan sekitar termasuk mengetahui siapa pemimpinnya adalah hal penting. Keberadaan Dekan juga berkaitan terhadap belajar mahasiswa. Akan sangat aneh bila mahasiswa baru tahu nama Dekannya ketika minta tanda tangan skripsi. Jelas sangat terlambat. Untuk itu, saling menyapa penting dilakukan, baik dari pemimpin maupun dari mahasiswa.
Tahun 2005, Karnadi memberikan buku pedoman tentang program kerjanya untuk masa jabatan hingga 2009 dengan mengusung visinya yaitu FIP adalah RUMAH KITA (2005-2009). Namun, bagaimana program kerja untuk tahun 2009-2013? Visi ketika dialog yang telah dilakukan oleh bapak Karnadi adalah FIP, RUMAH KITA, RUMAH PEMBELAJARAN YANG INOVATIF. (2009-2013).Semoga tidak hanya menjadi wacana.
Untuk persyaratan calon Dekan, Dr. Karnadi, M.Si telah memenuhi syarat. Seperti penuturan mantan Dekan FIP yaitu Prof. Soegeng Santoso yang mengatakan syarat menjadi Dekan adalah umur tidak lebih dari 61 tahun, pangkat: lektor kepala, sehat jasmani dan rohani, diutamakan yang sudah gelar Dr., dan telah memenuhi persyaratan serta memenuhi prosedur.
Beliau pun menaruh harapan untuk Dekan baru yaitu yang baik dipertahankan, yang kurang baik seperti toilet, kebersihan, kesopanan diperbaiki serta keberadaan laboratorium ditingkatkan. Selain itu sebaiknya juga Dekan menghubungi senior-seniornya agar dapat memberikan masukan dan saran demi kebaikan FIP.
Dalam wawancara, beliau pun menanggapi pula mengenai keengganan beberapa calon dekan untuk dicalonkan. ”Harusnya jurusan mencalonkan calon yang bersedia, bukan yang tidak bersedia,” kata beliau. (Lip/Dian Ayu Novalia/Annisatul Fitriah)

*Berita mengenai calon dekan FIP sudah berlalu beberapa bulan yang lalu. Namun, berita ini penting bagi sivitas akademika yang belum tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar