FORUM IDEKITA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAKARTA

Kamis, 19 November 2009

Bis Itu Bernama Pendidikan

Oleh: Annisatul Fitriah
Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah FIP UNJ 2007


Kalau sudah besar nanti, kamu mau jadi apa? Dokter...Polisi...

Itulah percakapan yang acap kali muncul antara orangtua dan murid. Percakapan sederhana itu seperti telah menjadi tradisi. Hampir setiap orangtua selalu menanyakan hal yang sama kepada anak mereka ketika anak tersebut sudah mulai dapat mengucapkan kata. Tidak peduli jawaban polos tersebut dapat diwujudkan oleh anak mereka kelak atau tidak.
Dalam pencapaian itu, banyak sekali proses yang harus dilewati. Mulai dari bagaimana orangtua mengarahkan anak mereka dari balita hingga mereka mampu menentukan sendiri apa yang mereka inginkan. Proses tersebut tentu tidak akan berlangsung begitu saja. Dibutuhkan, serupa alat, untuk mencapainya yaitu pendidikan.
Mungkin terlalu melelahkan jika harus berbicara mengenai pendidikan yang ada di Indonesia. Banyak sekali problem yang menghinggapi dunia pendidikan di Indonesia. Yang paling ketara adalah soal Ujian Nasional (UN) yang baru saja usai dilaksanakan. Hampir setiap tahun selalu ada pro kontra penyelanggaraan UN. Kasus yang paling tersorot untuk tahun ini adalah pengulangan UN di sejumlah sekolah. Pengulangan ini tidak hanya menguras dana pemerintah tetapi juga berdampak pada psikologi siswa itu sendiri.
Tidak hanya sampai disitu saja. Masalah pembayaran uang masik sekolah juga masih selau menjadi perdebatan. Satu sisi menerima dengan legowo kenaikan uang masuk sekolah, satu sisi menolak keras dengan mahalnya dana pendidikan. Akibatnya banyak anak-anak kuarang mampu yang belum berkesempatan untuk menempuh pendidikan. Hal ini pula yang menimbulkan banyak pro kontra di masyarakat.
Masalah lain yang tidak kalah jamak ditemui di dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah sarana dan prasarana. Masih banyak ditemukan sekolah-sekolah yang belum sepenuhnya memiliki sarana dan prasarana pendukung proses belajar mengajar yang memadai. Bahkan masih ada beberapa sekolah yang tidak layak huni. Ini kontras dengan isi UUD ’45 yang menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara”, begitu yang tercantum di dalam UUD 1945.
Pun demikian, pendidikan sendiri tidak melulu berasal dari pendidikan formal. Bahkan pendidikan yang paling ditekankan adalah pendidikan di lingkup keluarga. Di sanalah anak diajarkan dasar pemahaman tentang segala hal. Jika pemahaman dari keluarganya kurang maka anak pun akan menerimanya dengan kurang pula. Peran orangtua sangat dibutuhkan disini.
Pendidikan bukanlah barang yang dapat didagangkan, bukan pula barang yang dapat dilupakan begitu saja, layaknya rongsokan. Melalui pendidikanlah sebuah cita-cita dapat tercapai. Layaknya kendaraan, pendidikan yang diisi dengan mesin yang paling bagus, maka akan dapat melaju dengan cepat pula (lancar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar